Kamis, 20 Februari 2014

Turunan Benzena

Tata Nama Senyawa Benzena dan Turunannya, Aturan Penamaan, Kimia

Tata Nama Senyawa Benzena dan Turunannya, Aturan Penamaan, Kimia - Semua senyawa yang mengandung cincin benzena digolongkan sebagai senyawa turunan benzena. Penataan nama senyawa turunan benzena sama seperti pada senyawa alifatik, ada tata nama umum (trivial) dan tata nama menurut IUPAC yang didasarkan pada sistem penomoran. Dengan tata nama IUPAC, atom karbon dalam cincin yang mengikat substituen diberi nomor terkecil.
Menurut IUPAC, benzena dengan satu substituen diberi nama seperti pada senyawa alifatik, sebagai gugus induknya adalah benzena. Contoh :
Hidroksibenzena Aminobenzena Nitrobenzena
Benzena dengan gugus alkil sebagai substituen, diklasifikasikan sebagai golongan arena. Penataan nama arena dibagi ke dalam dua golongan berdasarkan panjang rantai alkil. Jika gugus alkil berukuran kecil (atom C < 6) maka gugus alkil diambil sebagai substituen dan benzena sebagai induknya. Contoh :
Butilbenzena Isopropilbenzena
Jika gugus alkil berukuran besar (atom C > 6) maka benzena dinyatakan sebagai substituen dan alkil sebagai rantai induknya. Benzena sebagai substituen diberi nama fenil– (C6H5–, disingkat –ph). Contoh:
Gugus benzil Gugus fenil 3-feniloktana
Benzena dengan dua gugus substituen diberi nama dengan awalan: orto– (o–), meta– (m–), dan para– (p–). Orto– diterapkan terhadap substituen berdampingan (posisi 1 dan 2), meta– untuk posisi 1 dan 3, dan para– untuk substituen dengan posisi 1 dan 4.
Tabel 1. Beberapa Sifat Fisika dari Molekul o, m, p–hidroksimetilbenzena
Nama
Titik Beku (°C)
Titik Didih (°C)
o–hidroksimetilbenzena
31
191
m–hidroksimetilbenzena
12
203
p–hidroksimetilbenzena
35
202
Jika gugus substituen sebanyak tiga atau lebih, penataan nama menggunakan penomoran dan ditulis secara alfabet. Nomor terkecil diberikan kepada gugus fungsional (alkohol, aldehida, atau karboksilat) atau gugus dengan nomor paling kecil.
4-bromo-1,2-dimetilbenzena
Disamping tata nama menurut IUPAC, juga terdapat beberapa nama yang sudah umum (trivial), misalnya:
tata nama benzena
Tata nama trivial sering kali dipakai sebagai nama induk dari benzena. Penomoran untuk senyawa seperti ini dimulai dari gugus fungsional.
Contoh :
3,4-diklorotoluena Asam 3,4-dibromobenzoat Asetofenon
Contoh Soal (UNAS 2001–2002) :
Nama dari senyawa turunan benzena dengan rumus struktur berikut ini adalah ....
3,5–diklorofenol
A. 3,5–diklorofenol
B. 1,3–diklorofenol
C. 3,5–diklorotoluena
D. 1,3–diklorobenzena
E. 3,5–diklorobenzoat
Pembahasan :
Jika subtituennya berbeda jenis maka penomorannya dimulai dari atom C lingkar yang mengikat gugus paling negatif. Jadi, mempunyai nama 3,5 diklorofenol. (A)
Materi di bawah ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi [1].
1. Benzena pada umumnya dipakai sebagai induk dan gugus yang terikat disebutkan lebih dulu kemudian diikuti dengan benzena.
Contoh :
kloro niro etil benzena
Beberapa senyawa turunan benzena mempunyai nama khusus yang lebih lazim digunakan.
senyawa turunan benzena
2. Untuk dua subtituen posisinya dapat diberi awalan : orto (o) untuk posisi 1 dan 2, meta (m) untuk posisi 1 dan 3 dan para (p) untuk posisi 1 dan 4. Perhatikan contoh-contoh berikut:
orto para meta benzena
3. Gugus bervalensi satu yang diturunkan dari benzena disebut fenil dan gugus yang diturunkan dari toluena disebut benzil.
gugs fenil dan benzil benzena
4. Untuk tiga substituen atau lebih, awalan orto, meta, dan para tidak diterapkan lagi, tetapi posisi substituen yang dinyatakan dengan angka, urutan prioritas penomoran adalah sebagai berikut.
– COOH, – SO3H, – CHO, – CN, – OH, – NH2, – R, – NO2, – X
Contoh :
3, 4 diklorofenol 2, 4, 6 trinitrotoluena (TNT)
5. Bila cincin benzena terikat pada rantai alkana bergugus fungsi atau rantai alkana dengan 7 atom karbon atau lebih maka rantai alkana tersebut sebagai induk, sedangkan cincin benzena sebagai substituen.
2 fenil heptana

Sabtu, 01 Februari 2014

Gugus Fungsi Senyawa

Gugus Fungsi Senyawa


Materi tentang gugus fungsi senyawa karbon kimia ini, akan kita dapatkan di kelas XII SMA, dengan judul bab yaitu Gugus Fungsi Senyawa Karbon. Tahukah kamu yang dusebut dengan gugus fungsi? Mengapa gugus fungsi sangat berperan menentukan sifat suatu senyawa.? Nah, kalau pada belum tau, berikut sedikit penjelasannya.
Gugus fungsi merupakan bagian aktif dari senyawa karbon yang menentukan sifat-sifat senyawa karbon.
Gugus fungsi tersebut berupa ikatan karbon rangkap dua, ikatan karbon rangkap tiga, dan atom/ gugus atom. Meskipun senyawa-senyawa karbon mempunyai unsure dasar sama yaitu karbon, tetapi sifat-sifatnya jauh berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini disebabkan oleh gugus fungsi yang diikat berbeda. Senyawa-senyawa karbon yang mempunyai gugus fungsional yang sama dikelompokkan dalam satu golongan
Tabel Beberapa Gugus Fungsi Senyawa karbon.
GugusNama GugusTerdapat pada SenyawaContoh
-OH
-O-
-CHO
-CO
-COOH
-COO-
Hidroksi
Oksi
Aldehid
Karbonil
Karboksil
Alkil-alkanoat
Alcohol
Alkoksi alkana
Alkanal
Alkanon
Asam alkanoat
Ester
C 2 H 5 OH
C 2 H 5 -O- C 2 H 5
CH 3 -CHO
CH 3 -CO- CH 3
C 2 H 5 -COOH
C 2 H 5 -COOC 2 H 5

Penjelasan: 

ALKOHOL
 

Alkohol merupakan kelompok senyawa karbon yang memiliki gugus fungsi hidroksil (-OH) dengan rumus umum R-OH atau CnH2n+1OH. Senyawa ini mempunyai nama IUPAC alkanol karena dianggap sebagai urutan alkana dengan mensubstitusi satu atom H dengan gugus –OH.



ETER
 

Eter atau nama resminya berdasarkan aturan IUPAC alkoksi alkana, yang dianggap sebagai turunan alkana, mempunyai rumus umum R-O-R’ atau CnH2n+2O. Bila R=R’ disebut eter sederhana, sedangkan bila R bukan R’ disebut eter majemuk.

ALDEHID

Aldehid termasuk senyawa karbonil (-C=O). Aldehid merupakan singkatan dari alkohol dehidrogenatus. Senyawa ini dianggap turunan dari alkana sehingga disebut alkanal dan mempunyai rumus umum CnH2nO.Aldehid dapat diperoleh dengan jalan oksidasi alkohol primer


KETON


Keton atau alkanon termasuk senyawa karbonil (-C=O). Senyawa ini dianggap turunan dari alkana sehingga disebut alkanal dan mempunyai rumus umum CnH2nO. Seperti halnya eter, R yang sama dengan R’ disebut katon sederhana, sedangkan R yang tidak sama dengan R’ disebut keton majemuk.

ASAM KARBOKSILAT


Asam karboksilat atau Alkanoat memiliki rumus umum CnH2nO2 atau R-COOH. Gugus karboksilat (-COOH) merupakan gabungan dari gugus karbonil dan hidroksil. Senyawa ini dianggap turunan alkana dan diberi nama asam alkanoat atau dengan nama yang lebih lama, asam alkana karboksilat.

ESTER


Golongan Ester memiliki rumus umum CnH2nO2 atau R-COO-R’. Nama IUPAC dari ester adalah alkyl alkanoat. Kebanyakan senyawa ester berbau harum, karena itu banyak digunakan sebagai pengharum (esens). Ester dibuat dari asam dan alkohol melalui reaksi esterifikasi yang berupa reaksi setimbang.
Yah, demikian postingan kali ini mengenai  Gugus Fungsi Senyawa Karbon Kimia. Tapi masih banyak postingan lainnya mengenai pelajaran kimia dari kami. Jika ada uneg-uneg, pertanyaan atau yang lainnya, silahkan tinggalkan komentar di bawah.

laporan praktikum Aldehida dan Keton

laporan praktikum Aldehida dan Keton

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
          Senyawa organik di alam ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan senyawa anorganik, salah satu senyawa organik tersebut ialah senyawa hidrokarbon yang meliputi alkana, alkena, dan alkuna. Senyawa organic tidak hanya senyawa hidrokarbon saja, namun terdapat pula senyawa karbon lain, yaitu senyawa alcohol, eter, aldehid, keton, asam karboksilat dan ester, serta beberapa senyawa karbon yang termasuk makromolekul. Namun, sebelum mempelajari lebih dalam lagi senyawa-senyawa tersebut, terlebih dahulu kita mempelajari tentang gugus fungsi agar kita bisa mengetahui mengapa senyawa-senyawa karbon tersebut mempunyai sifat-sifat yang berbeda walaupun komposisi dan jumlah atom penyusunnya sama.
          Senyawa karbon memiliki sifat senyawa yang dipengaruhi oleh gugus fungsi. Tiap golongan senyawa karbon memiliki rumus struktur, gugus fungsi, dan nama senyawa yang berbeda. Golongan senyawa karbon untuk haloalkana sering pula disebut dengan alkilhalida, golongan alcohol disebut pula alkanol atau alkil alcohol, golongan eter disebut pula alkil-alkil eter atau alkoksi alkana, golongan aldehida mengalami reaksi oksidasi dan adisi H2, golongan keton disebut pula alkil-alkil keton dan alkanon, golongan asam karboksilat, serta yang terakhir yaitu golongan ester mengalami reaksi oksidasi dan adisi H2.
    Gugus fungsi adalah atom atau gugus atom yang menjadi cirri khas suatu deret homolog, atau gugus fungsi juga bisa diartikan sebagai bagian aktif dari senyawa karbon yang menentukan sifat-sifat senyawa karbon. Gugus fungsi tersebut berupa ikatan karbon rangkap dua, ikatan karbon rangkap tiga, dan atom atau gugus atom. Setiap senyawa karbon yang mempunyai gugus fungsi berbeda akan mempunyai sifat yang berbeda pula.
    Formalin merupakan senyawa alkanal atau aldehida yang akan melakukan reaksi oksidasi dan adisi H2, sedangkan aseton merupakan senyawa alkanon atau keton. Aldehida dan keton bisa mengalami isomer.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut.
1.    Apa yang terjadi pada campuran larutan formalin dan fehling A/B setelah dimasukan ke dalam air yang dipanaskan ?
2.    Apa yang terjadi pada campuran larutan formalin dan tollen setelah dimasukan ke dalam air yang dipanaskan ?
3.    Apa yang terjadi pada campuran larutan aseton dan fehling A/B setelah dimasukan ke dalam air yang dipanaskan ?
4.    Apa yang terjadi pada campuran larutan aseton dan tollen setelah dimasukan ke dalam air yang dipanaskan ?


C.    Pembatasan Masalah
Berhubung masalah yang akan dikaji masih bersifat luas, maka penulis membatasi hanya pada senyawa aldehida dan senyawa keton.

D.    Tujuan Penelitian
Adapun tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai berikut.
1.    Mengetahui perubahan yang terjadi pada campuran larutan formalin dan fehling A/B setelah dimasukan ke dalam air yang dipanaskan.
2.    Mengetahui perubahan yang terjadi pada campuran larutan formalin dan tollen setelah dimasukan ke dalam air yang dipanaskan.
3.    Mengetahui perubahan yang terjadi pada campuran larutan aseton dan fehling A/B setelah dimasukan ke dalam air yang dipanaskan.
4.    Mengetahui perubahan yang terjadi pada campuran larutan aseton dan tollen setelah dimasukan ke dalam air yang dipanaskan.

E.    Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan berisi uraian singkat setiap bab. Bab I sampai bab IV menjelaskan gambaran secara langsung tentang isi dari tiap-tiap bab, yaitu sebagai berikut.
1.    Bab I Pendahuluan
      Bab ini membahas mengenai uraian-uraian tentang latar belakang, rumusan masalah, pembatasan masalah dan tujuan penulisan.
2.    Bab II Kajian Pustaka
      Bab ini berisi mengenai teori-teori dari beberapa sumber yang berhubungan dengan pembahasan masalah.
3.    Bab III Pembahasan Masalah
      Bab ini membahas mengenai pengertian, manfaat dan permasalahan.
4.     Bab IV Simpulan
      Berisi uraian singkat mengenai keseluruhan pembahasan.







     


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Umum
            Aldehid dan keton merupakan senyawa-senyawa yang mengandung salah satu dari gugus penting dalam kimia organi, yaitu gugus karbonil C=O, semua senyawa yang mengandung gugus ini disebut senyawa karbonil. (Antoni, 1992).
            Gugus karboni adalah gugus yang paling menentukan sifat kimia aldehid dan keton. Oleh karena itu tidak mengherankan jika sifat kimia keduaya hamper sama.(Antony, 1992)
            Aldehid dan keton merupakan senyawa yang sangat penting. Beberapa dari padanya seperti aseton (CH3COCH3) dan metil etil keton (CH3COCH2CH3) dipakai dalam jumlah besar sebagai pelarut. Larutan pekat foraldehid (CH2O) dalam air dipakai untuk mengawetan jaringan hewan dalam penelitian biologi. Bahan rumit seperti karbohidrat dan hormone steroid megandung struktur karbonil aldehid dan keton bersama-sama gugus fungsi lain. (Fesenden, 1994)
            Karbonil adalah suatu gugus polar, oleh karenanya aldehid dank eon memiliki titik didih yang lebih tinggi dari daripada hidrokarbon yang berat molekulnya setara. Meskipun demikian, oleh karena aldehid dan keton tidak dapat membentuk ikatan hydrogen yang kuat antara molekul-molekulnya sendiri maka mereka mempunyai titik didih yang lebih rendah dari pada alcohol yang berak molekulnya setara. (Respah, 1986)
            Melalui gugus karbonil, aldehid dan keton dapat membentuk ikatan hydrogen dengan molekul air. Oleh karenanya aldehid dan keton berberaat molekul rendah memiliki kelarutan yang tinggi dalam air. Aseton dan asetaldehid larut sempurna dalam air pada semua perbandingan. Sifat-sifat fisik dari beberapa senyawa aldehid dan keton dapat dilihat pada table berikut.
Rumus    Nama    Tb (oC)    Td (oC)    Kelarutan dalam air
CH2O    Formaldehid    -92    -21    Sangat larut
CH3CHO    Asetadehid    -125    21    ∞
C6H5CHO    Benzaldehid    -57    178    Sedikit larut
CH3COCH    Aseton    -95    56,1    ∞
CH3COCH2CH3    Butanon    -86    79,6    Sangat larut
C6H5COCH3    Asetofenon    21    202    Tidak larut
 (Tim dosen, 2004)
            Aseton adalah keton yang paling penting. Ia merupakan cairan volatile (titik didih 56oC) dan mudah terbkar. Aseton adalah pelarut yang baik untuk macam, macam senyawa organic, banyak digunakan untk vernis, lak dan plastic. Tidak seperti kebanyakan pelarut organic lain, aseton bercampur dengan air dengan segala perbandingan. Sifat ini digabungkan dengan votalitasnya, membuat aseton sering digunakan sebagai pengering alat-alat laboratorium. Alat-alat gelas laboratorium yang masih basah dibilas dengan aseton, dan lapisan aseton yang menempel kemudian menguap dengan mudah. Salah satu metode pembuatan aseton ialah melalui dehidrogenasi isopropyl alkohol dengan bantuan kawat tembaga. (Tim dosen, 2004)
            Nama  IUPAC  aldehida diturunkan dari nama rantai induk alkana dengan  menggntikan akhiran a dengan al.Jika rantai karbon aldehida menigikat substiuen.penomoran rantai utama dimulai dari atom karbon karbonil. (Tim dosen, 2004)
            Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relatif kuat antara molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negatif dari yang lain. (Respah, 1986)
            Keton tak mudah dioksidasi, tetapi aldehd sangat mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat. Hampir setiap regensia yang mengoksidassi suatu alcohol juga mengoksidasi suatu aldehida. Garam permanganat atau dikromat merupakan zat pengoksidasi yang terpopuler, tetapi bukanlah satu-satu reagensia yang dapat digunakan. (Fessenden, 1994)
            Disamping oksidasi oleh permanganat dan dikromat, aldehida dapat teroksidasi oleh zat pengoksidasi yang sangat lembut seperti : Ag+, atau Cu2+ Reagensia tollens (suatu larutan basa (dari) ion kompleks perak ammonia) digunakan sebagai reagensia uji untuk aldehida. Aldehida itu dioksidasi menjadi anion karboksilat; ion Ag+ dalam reagensia tollens direduksi menjadi logam Ag. Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan cermin perak pada dinding dalam tabng reaksi. Dengan meluasnya penggunaan spekrtroskopi, uji Tollens tidak lagi digunakan untuk uji aldehida. Namun kadang-kadang cermin masih dibuat dengan cara ini. (Fessenden, 1994)

B.Uraian bahan
•    Amonia (Dirjen POM.1979)
Nama Resmi    :    AMMONIA
Nama Lain    :    Amonia
RM / BM    :    NH4OH / 35,05
Pemerian    :    Cairan berbau khas, tidak berwarna  menusuk kuat.
Kelarutan    :    Mudah larut dalam Air
Penyimpanan    :    Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan    :    Sebagai pereaksi
•    Aseton (Dirjen POM.1979)
Nama Resmi    :    ASETONUM
Nama Lain    :    Aseton
RM / BM    :    (CH3)2CO / 58,08
Pemerian    :    Cairan jernih tidak berwarna, mudah        menguap, bau khas, mudah terbakar.
Kelarutan    :    Larut dalam air, etanol (95 %) eter P dan kloform P, membentuk larutan jernih.
Penyimpanan    :    Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan    :    Sebagai Sampel
•    Air suling  (Dirjen POM.1979)
Nama Resmi    :    AQUA DESTILLATA
Nama Lain    :    Air suling / akuades
RM / BM    :    H2O / 18,02
Pemerian    :    Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau.
Penyimpanan    :    Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan    :    Sebagai Sampel
•    Fehling A (Dirjen POM.1979)
Nama Resmi    :    FEHLING A
Kandungan    :    CuSO4.5H2O 34,64 g H2SO4 PEKAT 6,5 ml dan   aquadest 500 ml.
Pemerian    :    Cairan berwarna biru ,tidak berbau.
Kelarutan    :    Mudah larut dalam air
Penyimpanan    :    Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan    :    Sebagai oksidator
•    Fehling B (Dirjen POM.1979)
Nama Resmi    :    FEHLING B
Kandungan    :    K.Na tertrat 176 g ,NaOH 77 g ,aquadest 500ml.
Pemerian    :    Cairan tidak berwarna dan tidak berbau
Kelarutan    :    Mudah larut dalam air
Penyimpanan    :    Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan    :    Sebagai oksidator
•    Formaldehid (Dirjen POM.1979)
Nama Resmi    :    FORMALDEHID
Nama Lain    :    Formalin
RM / BM    :    C2H4O / 30,03
Pemerian    :    Cairan tidak berwarna, uap dapat  mengeluarkan air mata, baunya sangat merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan.
Kelarutan    :    dapat dicampur dengan air dan dengan etanol (95 %).
Penyimpanan    :    Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya sebaiknya pada suhu diatas 20oC.
Kegunaan    :    Sebagai sampel
•    Kalium permanganat (Dirjen POM.1995)
Nama Resmi    :    KALII PERMANGANAT
Nama Lain    :    Kalium Permanganat
RM / BM    :    KMnO4/ 158,03
Pemerian    :    Hablur mengkilat ungu tua atau hampir hitam, tidak berbau, rasa manis atau sepat.
Kelarutan    :    Larut dalam 16 bagian air, mudah larut     dalam air mendidih.
Penyimpanan    :    dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan    :    Sebagai Pereaksi
•    Perak nitrat (Dirjen POM.1979)
Nama Resmi    :    ARGENTI NITRAS
Nama Lain    :    Perak nitrat
RM / BM    :    AgNO3/ 169,87
Pemerian    :    Hablur transparan atau serbuk hablur berwarna putih, tidak gelap kena cahaya.
Kelarutan    :    sangat midah larut dalam air, larut dalam  etanol (95%).
Penyimpanan    :    Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Kegunaan    :    Sebagai zat pengoksidasi (pereaksi tollens)



BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

A.    Alat dan Bahan
1.    Alat
    Empat tabung reaksi
    Satu gelas ukur
    Pipet tetes
    Tungku tiga kaki
    Pembakar spirtus
2.    Bahan
    Larutan Formalin
    Larutan Fehling A dan Fehling B
    Tollen
    Aseton
    Spirtus
    Air

B.    Langkah Kerja
1.    Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.
2.    Pada tabung reaksi pertama ambil 10 tetes larutan formalin dan 5 tetes larutan fehling A serta 5 tetes larutan fehling B, kemudian campurkan dan kocok sampai semua larutan tercampur.
3.    Pada tabung reaksi kedua ambil 10 tetes larutan formalin dan 10 tetes larutan tollens, kemudian lakukan hal yang sama seperti pada larutan dalam tabung pertama.
4.    Pada tabung reaksi ketiga ambil 10 tetes larutan aseton dan 5 tetes larutan fehling A serta 5 tetes larutan fehling B, kemudian lakukan hal yang sama kembali.
5.    Pada tabung reaksi keempat ambil 10 tetes larutan aseton dan 10 tetes larutan tollens, kemudian lakukan hal yang sama kembali.
6.    Panaskan air dalam gelas ukur secukupnya dan tunggu sampai airnya panas.
7.    Setelah airnya panas, masukan tabung reaksi pertama dan kedua secara bersamaan ke dalam gelas ukur, lalu amati perubahannya.
8.    Setelah tabung reaksi pertama dan kedua mengalami perubahan, masukan tabung reaksi ketiga dan keempat ke dalam gelas ukur, lalu amati perubahannya.

C.    Hasil Pengamatan
Berikut tabel pengamatan pada praktikum identifikasi senyawa Aldehida dan Keton.
No.    Kegiatan    Pengamatan
        Sebelum dipanaskan    Setelah dipanaskan
1.    Formalin dan Fehling A/B    Biru tua    Merah bata
2.    Formalin dan Tollens    Hitam Keabu-abuan    Cermin perak
3.    Aseton dan Fehling A/B    Biru    Merah bata
4.    Aseton dan Tollens    Hitam    Hitam kecoklatan

D.    Pembahasan
Hal yang membedakan Aldehid dengan keton yaitu kemampuan kedua senyawa ini apabila dioksidasi.  Alhedid dan keton adalah senyawa-senyawa yang mengandung gugus-gugus penting di dalam kimia oragnik. Secara struktural, aldehid dan keton dibedakan oleh substituen pada R’, begitu pula dengan ester dan asam karboksilat
Sifat-sifat aldehid dan keton hampir mirip satu sama lain. Namun, karena perbedaan gugus yang terikat pada gugus karbonil antara aldehid dan keton maka menimbulkan adanya perbedaan sifat kimia yang paling menonjol antara keduanya, yaitu aldehid cukup mudah teroksidasi sedangkan keton sulit dan aldehid lebih reaktif dari pada keton terhadap adisi nukleofilik, yang mana reaksi ini merupakan karakteristik terhadap gugus karbonil.
Pada percobaan ini, dilakukan untuk mengidentifaksi senyawa berdasarkan perbedaan gugus fungsi dan mengidentifikasi secara kimia senyawa golongan aldehid dan keton pada uji schiff, benedict, dan fehling. Untuk dapat membandingkan senyawa golongan aldehid dan keton digunakan bahan yang sama yaitu, formalin, glukosa, dan aseton. Pereaksi schiff merupakan larutan dari fuchsin asam di dalam air yang telah didekolorisasi oleh gas SO2. Komposisinya fuchsin, Na2S, 500 mL air dan HCl. Digunakan untuk menguji aldehid. Pereaksi  fehling merupakan pencampuran larutan fehling A dan fehling B. Dimana fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereaksi benedict merupakan larutan yang mengandung Cuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Jika direaksikan dengan aldehid dan dipanaskan akan dihasilkan Cu2O.
Pada perlakuan uji schiff, dimana warna pada larutan schiff berwarna merah kemudian direaksikan dengan formalin dalam larutan menghasilkan warna ungu. Perubahan warna tersebut menunjukkan adanya senyawa aldehid pada larutan. Ketika pereaksi fehling direaksikan dengan glukosa larutan tetap berwarna merah. Begitupun dengan aseton yang warna larutannya tetap warna merah. Hal ini menunjukkan bahwa pada glukosa dan aseton tidak terkandung senyawa aldehid melainkan senyawa keton. Namun, secara teori larutan schiff direaksikan dengan glukosa warnanya berubah menjadi merah keungu-unguan yang artinya senyawa glukosa merupakan gugus aldehid.
Pada uji fehling digunakan larutan fehling A dan fehling B. Dimana fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Dari hasil pengamatan ini didapatkan antara pencampuran fehling dengan formalin biru pekat dan sesudah pemanasan berubah menghasilkan endapan merah, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa didalam pencampuran larutan tersebut terdapat senyawa aldehid. Hal ini disebabkan karena aldehid mampu mereduksi ion tembaga (II) menjadi tembaga (I) oksida. Ketika pencampuran pencampuran dengan aseton terdapat dua lapisan yaitu bening pada lapisan atas dan biru pada lapisan bawah. Sesudah pemanasan warna berubah menjadi biru tua. Hal ini sesuai dengan teori karena, aseton merupakan gugus keton. Pencampuran pereaksi fehling dengan glukosa warna yang dihasilkan tetap biru dan sesudah pemanasan berubah menjadi merah dengan terdapat endapan merah bata pada larutan. Hal ini bertentangan dengan teori karena pencampuran antara pereaksi fehling dengan glukosa menghasilkan dua lapisan warna seperti pada pencampuran dengan aseton dan setelah pemanasan tidak terdapat endapan merah bata. Kesalahan ini dikarenakan glukosa tidak teroksidasi dengan pereaksi fehling.
Pada uji benedict, jika benedict dipanaskan bersama larutan aldehid akan terjadi oksidasi menjadi asam karboksilat. Benedict akan mengalami reduksi menjadi Cu2O yang mengendap pada bagian bawah tabung karena larutan benedict terdiri atas larutan tembaga sulfat (CuSO4), Natrium karbonat (Na2SO3 ), dan Natrium sitrat. Pada pencampuran pereaksi benedict dengan formalin larutan tidak mengalami pembentukan endapan setelah dipanaskan. Hal ini bertentangan dengan teori karena bila dipanaskan bersama senyawa aldehid akan terjadi oksidasi menjadi asam karboksilat, sedang pereaksi benedict akan mengalami reduksi Cu2O yang mengendap pada bagian bawah tabung reaksi. Ketika pencampuran dengan glukosa terjadi perubahan warna menjadi merah dan terdapat endapan merah bata pada larutan tersebut. Hal ini sesuai dengan teori karena glukosa teroksidasi dengan pereaksi benedict sehingga senyawa ini termaksud dalam gugus aldehid. Sedangkan pada pencampuran dengan aseton, larutan tidak terjadi reaksi karena aseton tidak bisa teroksidasi dengan pereaksi benedict.

BAB IV
SIMPULAN

A. Kesimpulan
     Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa.
•    Formaldehid dan aseton memiliki warna bening dan bau tajam.
•    Kelarutan formaldehid dan kelarutan aseton dalam air , mengalami kelarutan larut sempurna.
•    Setelah formaldehid di tambahkan dengan KMnO4  warnanya menjadi coklat muda. Sedangkan aseton setelah ditambahkan dengan KMnO4 warnanya menjadi ungu.
•    Formaldehid jika direaksikan dengan pereaksi tolens dan dipanaskan akan terbentuk endapan cermin perak. Sedangkan aseton jika direaksikan dengan pereaksi tolens dan dipanaskan tidak terbentuk endapan.
•    Formaldehid jika direaksikan dengan fehling dan dipanaskan akan terbentuk endapan merah bata. Sedangkan aseton jika direaksikan dengan fehling dan dipanaskan tidak terbentuk endapan.
B. Saran
Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dalam menggunakan alat laboratorium demi kepentingan bersama, dan lebih serius dalam melaksanakan praktikum.