laporan praktikum Aldehida dan Keton
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Senyawa organik di alam ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan
senyawa anorganik, salah satu senyawa organik tersebut ialah senyawa
hidrokarbon yang meliputi alkana, alkena, dan alkuna. Senyawa organic
tidak hanya senyawa hidrokarbon saja, namun terdapat pula senyawa karbon
lain, yaitu senyawa alcohol, eter, aldehid, keton, asam karboksilat dan
ester, serta beberapa senyawa karbon yang termasuk makromolekul. Namun,
sebelum mempelajari lebih dalam lagi senyawa-senyawa tersebut, terlebih
dahulu kita mempelajari tentang gugus fungsi agar kita bisa mengetahui
mengapa senyawa-senyawa karbon tersebut mempunyai sifat-sifat yang
berbeda walaupun komposisi dan jumlah atom penyusunnya sama.
Senyawa karbon memiliki sifat senyawa yang dipengaruhi oleh gugus
fungsi. Tiap golongan senyawa karbon memiliki rumus struktur, gugus
fungsi, dan nama senyawa yang berbeda. Golongan senyawa karbon untuk
haloalkana sering pula disebut dengan alkilhalida, golongan alcohol
disebut pula alkanol atau alkil alcohol, golongan eter disebut pula
alkil-alkil eter atau alkoksi alkana, golongan aldehida mengalami reaksi
oksidasi dan adisi H2, golongan keton disebut pula alkil-alkil keton
dan alkanon, golongan asam karboksilat, serta yang terakhir yaitu
golongan ester mengalami reaksi oksidasi dan adisi H2.
Gugus
fungsi adalah atom atau gugus atom yang menjadi cirri khas suatu deret
homolog, atau gugus fungsi juga bisa diartikan sebagai bagian aktif dari
senyawa karbon yang menentukan sifat-sifat senyawa karbon. Gugus fungsi
tersebut berupa ikatan karbon rangkap dua, ikatan karbon rangkap tiga,
dan atom atau gugus atom. Setiap senyawa karbon yang mempunyai gugus
fungsi berbeda akan mempunyai sifat yang berbeda pula.
Formalin
merupakan senyawa alkanal atau aldehida yang akan melakukan reaksi
oksidasi dan adisi H2, sedangkan aseton merupakan senyawa alkanon atau
keton. Aldehida dan keton bisa mengalami isomer.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut.
1. Apa yang terjadi pada campuran larutan formalin dan fehling A/B setelah dimasukan ke dalam air yang dipanaskan ?
2. Apa yang terjadi pada campuran larutan formalin dan tollen setelah dimasukan ke dalam air yang dipanaskan ?
3. Apa yang terjadi pada campuran larutan aseton dan fehling A/B setelah dimasukan ke dalam air yang dipanaskan ?
4. Apa yang terjadi pada campuran larutan aseton dan tollen setelah dimasukan ke dalam air yang dipanaskan ?
C. Pembatasan Masalah
Berhubung masalah yang akan dikaji masih bersifat luas, maka penulis membatasi hanya pada senyawa aldehida dan senyawa keton.
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan disusunnya laporan ini adalah sebagai berikut.
1.
Mengetahui perubahan yang terjadi pada campuran larutan formalin dan
fehling A/B setelah dimasukan ke dalam air yang dipanaskan.
2.
Mengetahui perubahan yang terjadi pada campuran larutan formalin dan
tollen setelah dimasukan ke dalam air yang dipanaskan.
3.
Mengetahui perubahan yang terjadi pada campuran larutan aseton dan
fehling A/B setelah dimasukan ke dalam air yang dipanaskan.
4. Mengetahui perubahan yang terjadi pada campuran larutan aseton dan tollen setelah dimasukan ke dalam air yang dipanaskan.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika
penulisan berisi uraian singkat setiap bab. Bab I sampai bab IV
menjelaskan gambaran secara langsung tentang isi dari tiap-tiap bab,
yaitu sebagai berikut.
1. Bab I Pendahuluan
Bab ini membahas mengenai uraian-uraian tentang latar belakang, rumusan masalah, pembatasan masalah dan tujuan penulisan.
2. Bab II Kajian Pustaka
Bab ini berisi mengenai teori-teori dari beberapa sumber yang berhubungan dengan pembahasan masalah.
3. Bab III Pembahasan Masalah
Bab ini membahas mengenai pengertian, manfaat dan permasalahan.
4. Bab IV Simpulan
Berisi uraian singkat mengenai keseluruhan pembahasan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Aldehid dan keton merupakan senyawa-senyawa yang mengandung salah satu
dari gugus penting dalam kimia organi, yaitu gugus karbonil C=O, semua
senyawa yang mengandung gugus ini disebut senyawa karbonil. (Antoni,
1992).
Gugus karboni adalah gugus yang paling menentukan
sifat kimia aldehid dan keton. Oleh karena itu tidak mengherankan jika
sifat kimia keduaya hamper sama.(Antony, 1992)
Aldehid
dan keton merupakan senyawa yang sangat penting. Beberapa dari padanya
seperti aseton (CH3COCH3) dan metil etil keton (CH3COCH2CH3) dipakai
dalam jumlah besar sebagai pelarut. Larutan pekat foraldehid (CH2O)
dalam air dipakai untuk mengawetan jaringan hewan dalam penelitian
biologi. Bahan rumit seperti karbohidrat dan hormone steroid megandung
struktur karbonil aldehid dan keton bersama-sama gugus fungsi lain.
(Fesenden, 1994)
Karbonil adalah suatu gugus polar, oleh
karenanya aldehid dank eon memiliki titik didih yang lebih tinggi dari
daripada hidrokarbon yang berat molekulnya setara. Meskipun demikian,
oleh karena aldehid dan keton tidak dapat membentuk ikatan hydrogen yang
kuat antara molekul-molekulnya sendiri maka mereka mempunyai titik
didih yang lebih rendah dari pada alcohol yang berak molekulnya setara.
(Respah, 1986)
Melalui gugus karbonil, aldehid dan keton
dapat membentuk ikatan hydrogen dengan molekul air. Oleh karenanya
aldehid dan keton berberaat molekul rendah memiliki kelarutan yang
tinggi dalam air. Aseton dan asetaldehid larut sempurna dalam air pada
semua perbandingan. Sifat-sifat fisik dari beberapa senyawa aldehid dan
keton dapat dilihat pada table berikut.
Rumus Nama Tb (oC) Td (oC) Kelarutan dalam air
CH2O Formaldehid -92 -21 Sangat larut
CH3CHO Asetadehid -125 21 ∞
C6H5CHO Benzaldehid -57 178 Sedikit larut
CH3COCH Aseton -95 56,1 ∞
CH3COCH2CH3 Butanon -86 79,6 Sangat larut
C6H5COCH3 Asetofenon 21 202 Tidak larut
(Tim dosen, 2004)
Aseton adalah keton yang paling penting. Ia merupakan cairan volatile
(titik didih 56oC) dan mudah terbkar. Aseton adalah pelarut yang baik
untuk macam, macam senyawa organic, banyak digunakan untk vernis, lak
dan plastic. Tidak seperti kebanyakan pelarut organic lain, aseton
bercampur dengan air dengan segala perbandingan. Sifat ini digabungkan
dengan votalitasnya, membuat aseton sering digunakan sebagai pengering
alat-alat laboratorium. Alat-alat gelas laboratorium yang masih basah
dibilas dengan aseton, dan lapisan aseton yang menempel kemudian menguap
dengan mudah. Salah satu metode pembuatan aseton ialah melalui
dehidrogenasi isopropyl alkohol dengan bantuan kawat tembaga. (Tim
dosen, 2004)
Nama IUPAC aldehida diturunkan dari nama
rantai induk alkana dengan menggntikan akhiran a dengan al.Jika rantai
karbon aldehida menigikat substiuen.penomoran rantai utama dimulai dari
atom karbon karbonil. (Tim dosen, 2004)
Sifat-sifat fisik
aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak mengandung hidrogen
yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan hidrogen
seperti pada alkohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan
dapat membentuk gaya tarik menarik elektrostatik yang relatif kuat
antara molekulnya, bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada
bagian negatif dari yang lain. (Respah, 1986)
Keton tak
mudah dioksidasi, tetapi aldehd sangat mudah teroksidasi menjadi asam
karboksilat. Hampir setiap regensia yang mengoksidassi suatu alcohol
juga mengoksidasi suatu aldehida. Garam permanganat atau dikromat
merupakan zat pengoksidasi yang terpopuler, tetapi bukanlah satu-satu
reagensia yang dapat digunakan. (Fessenden, 1994)
Disamping oksidasi oleh permanganat dan dikromat, aldehida dapat
teroksidasi oleh zat pengoksidasi yang sangat lembut seperti : Ag+, atau
Cu2+ Reagensia tollens (suatu larutan basa (dari) ion kompleks perak
ammonia) digunakan sebagai reagensia uji untuk aldehida. Aldehida itu
dioksidasi menjadi anion karboksilat; ion Ag+ dalam reagensia tollens
direduksi menjadi logam Ag. Uji positif ditandai dengan terbentuknya
endapan cermin perak pada dinding dalam tabng reaksi. Dengan meluasnya
penggunaan spekrtroskopi, uji Tollens tidak lagi digunakan untuk uji
aldehida. Namun kadang-kadang cermin masih dibuat dengan cara ini.
(Fessenden, 1994)
B.Uraian bahan
• Amonia (Dirjen POM.1979)
Nama Resmi : AMMONIA
Nama Lain : Amonia
RM / BM : NH4OH / 35,05
Pemerian : Cairan berbau khas, tidak berwarna menusuk kuat.
Kelarutan : Mudah larut dalam Air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pereaksi
• Aseton (Dirjen POM.1979)
Nama Resmi : ASETONUM
Nama Lain : Aseton
RM / BM : (CH3)2CO / 58,08
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, mudah menguap, bau khas, mudah terbakar.
Kelarutan : Larut dalam air, etanol (95 %) eter P dan kloform P, membentuk larutan jernih.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai Sampel
• Air suling (Dirjen POM.1979)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : Air suling / akuades
RM / BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai Sampel
• Fehling A (Dirjen POM.1979)
Nama Resmi : FEHLING A
Kandungan : CuSO4.5H2O 34,64 g H2SO4 PEKAT 6,5 ml dan aquadest 500 ml.
Pemerian : Cairan berwarna biru ,tidak berbau.
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai oksidator
• Fehling B (Dirjen POM.1979)
Nama Resmi : FEHLING B
Kandungan : K.Na tertrat 176 g ,NaOH 77 g ,aquadest 500ml.
Pemerian : Cairan tidak berwarna dan tidak berbau
Kelarutan : Mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai oksidator
• Formaldehid (Dirjen POM.1979)
Nama Resmi : FORMALDEHID
Nama Lain : Formalin
RM / BM : C2H4O / 30,03
Pemerian
: Cairan tidak berwarna, uap dapat mengeluarkan air mata, baunya
sangat merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan.
Kelarutan : dapat dicampur dengan air dan dengan etanol (95 %).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya sebaiknya pada suhu diatas 20oC.
Kegunaan : Sebagai sampel
• Kalium permanganat (Dirjen POM.1995)
Nama Resmi : KALII PERMANGANAT
Nama Lain : Kalium Permanganat
RM / BM : KMnO4/ 158,03
Pemerian : Hablur mengkilat ungu tua atau hampir hitam, tidak berbau, rasa manis atau sepat.
Kelarutan : Larut dalam 16 bagian air, mudah larut dalam air mendidih.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai Pereaksi
• Perak nitrat (Dirjen POM.1979)
Nama Resmi : ARGENTI NITRAS
Nama Lain : Perak nitrat
RM / BM : AgNO3/ 169,87
Pemerian : Hablur transparan atau serbuk hablur berwarna putih, tidak gelap kena cahaya.
Kelarutan : sangat midah larut dalam air, larut dalam etanol (95%).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Kegunaan : Sebagai zat pengoksidasi (pereaksi tollens)
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Empat tabung reaksi
Satu gelas ukur
Pipet tetes
Tungku tiga kaki
Pembakar spirtus
2. Bahan
Larutan Formalin
Larutan Fehling A dan Fehling B
Tollen
Aseton
Spirtus
Air
B. Langkah Kerja
1. Siapkan semua alat dan bahan yang diperlukan.
2.
Pada tabung reaksi pertama ambil 10 tetes larutan formalin dan 5 tetes
larutan fehling A serta 5 tetes larutan fehling B, kemudian campurkan
dan kocok sampai semua larutan tercampur.
3. Pada tabung reaksi
kedua ambil 10 tetes larutan formalin dan 10 tetes larutan tollens,
kemudian lakukan hal yang sama seperti pada larutan dalam tabung
pertama.
4. Pada tabung reaksi ketiga ambil 10 tetes larutan
aseton dan 5 tetes larutan fehling A serta 5 tetes larutan fehling B,
kemudian lakukan hal yang sama kembali.
5. Pada tabung reaksi
keempat ambil 10 tetes larutan aseton dan 10 tetes larutan tollens,
kemudian lakukan hal yang sama kembali.
6. Panaskan air dalam gelas ukur secukupnya dan tunggu sampai airnya panas.
7.
Setelah airnya panas, masukan tabung reaksi pertama dan kedua secara
bersamaan ke dalam gelas ukur, lalu amati perubahannya.
8. Setelah
tabung reaksi pertama dan kedua mengalami perubahan, masukan tabung
reaksi ketiga dan keempat ke dalam gelas ukur, lalu amati perubahannya.
C. Hasil Pengamatan
Berikut tabel pengamatan pada praktikum identifikasi senyawa Aldehida dan Keton.
No. Kegiatan Pengamatan
Sebelum dipanaskan Setelah dipanaskan
1. Formalin dan Fehling A/B Biru tua Merah bata
2. Formalin dan Tollens Hitam Keabu-abuan Cermin perak
3. Aseton dan Fehling A/B Biru Merah bata
4. Aseton dan Tollens Hitam Hitam kecoklatan
D. Pembahasan
Hal
yang membedakan Aldehid dengan keton yaitu kemampuan kedua senyawa ini
apabila dioksidasi. Alhedid dan keton adalah senyawa-senyawa yang
mengandung gugus-gugus penting di dalam kimia oragnik. Secara
struktural, aldehid dan keton dibedakan oleh substituen pada R’, begitu
pula dengan ester dan asam karboksilat
Sifat-sifat aldehid dan keton
hampir mirip satu sama lain. Namun, karena perbedaan gugus yang terikat
pada gugus karbonil antara aldehid dan keton maka menimbulkan adanya
perbedaan sifat kimia yang paling menonjol antara keduanya, yaitu
aldehid cukup mudah teroksidasi sedangkan keton sulit dan aldehid lebih
reaktif dari pada keton terhadap adisi nukleofilik, yang mana reaksi ini
merupakan karakteristik terhadap gugus karbonil.
Pada percobaan ini,
dilakukan untuk mengidentifaksi senyawa berdasarkan perbedaan gugus
fungsi dan mengidentifikasi secara kimia senyawa golongan aldehid dan
keton pada uji schiff, benedict, dan fehling. Untuk dapat membandingkan
senyawa golongan aldehid dan keton digunakan bahan yang sama yaitu,
formalin, glukosa, dan aseton. Pereaksi schiff merupakan larutan dari
fuchsin asam di dalam air yang telah didekolorisasi oleh gas SO2.
Komposisinya fuchsin, Na2S, 500 mL air dan HCl. Digunakan untuk menguji
aldehid. Pereaksi fehling merupakan pencampuran larutan fehling A dan
fehling B. Dimana fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B
merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereaksi
benedict merupakan larutan yang mengandung Cuprisulfat, natrium karbonat
dan natrium sitrat. Jika direaksikan dengan aldehid dan dipanaskan akan
dihasilkan Cu2O.
Pada perlakuan uji schiff, dimana warna pada
larutan schiff berwarna merah kemudian direaksikan dengan formalin dalam
larutan menghasilkan warna ungu. Perubahan warna tersebut menunjukkan
adanya senyawa aldehid pada larutan. Ketika pereaksi fehling direaksikan
dengan glukosa larutan tetap berwarna merah. Begitupun dengan aseton
yang warna larutannya tetap warna merah. Hal ini menunjukkan bahwa pada
glukosa dan aseton tidak terkandung senyawa aldehid melainkan senyawa
keton. Namun, secara teori larutan schiff direaksikan dengan glukosa
warnanya berubah menjadi merah keungu-unguan yang artinya senyawa
glukosa merupakan gugus aldehid.
Pada uji fehling digunakan larutan
fehling A dan fehling B. Dimana fehling A adalah larutan CuSO4,
sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium
tartrat. Pereksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan
tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam
pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks. Dari hasil
pengamatan ini didapatkan antara pencampuran fehling dengan formalin
biru pekat dan sesudah pemanasan berubah menghasilkan endapan merah, hal
ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa didalam pencampuran
larutan tersebut terdapat senyawa aldehid. Hal ini disebabkan karena
aldehid mampu mereduksi ion tembaga (II) menjadi tembaga (I) oksida.
Ketika pencampuran pencampuran dengan aseton terdapat dua lapisan yaitu
bening pada lapisan atas dan biru pada lapisan bawah. Sesudah pemanasan
warna berubah menjadi biru tua. Hal ini sesuai dengan teori karena,
aseton merupakan gugus keton. Pencampuran pereaksi fehling dengan
glukosa warna yang dihasilkan tetap biru dan sesudah pemanasan berubah
menjadi merah dengan terdapat endapan merah bata pada larutan. Hal ini
bertentangan dengan teori karena pencampuran antara pereaksi fehling
dengan glukosa menghasilkan dua lapisan warna seperti pada pencampuran
dengan aseton dan setelah pemanasan tidak terdapat endapan merah bata.
Kesalahan ini dikarenakan glukosa tidak teroksidasi dengan pereaksi
fehling.
Pada uji benedict, jika benedict dipanaskan bersama larutan
aldehid akan terjadi oksidasi menjadi asam karboksilat. Benedict akan
mengalami reduksi menjadi Cu2O yang mengendap pada bagian bawah tabung
karena larutan benedict terdiri atas larutan tembaga sulfat (CuSO4),
Natrium karbonat (Na2SO3 ), dan Natrium sitrat. Pada pencampuran
pereaksi benedict dengan formalin larutan tidak mengalami pembentukan
endapan setelah dipanaskan. Hal ini bertentangan dengan teori karena
bila dipanaskan bersama senyawa aldehid akan terjadi oksidasi menjadi
asam karboksilat, sedang pereaksi benedict akan mengalami reduksi Cu2O
yang mengendap pada bagian bawah tabung reaksi. Ketika pencampuran
dengan glukosa terjadi perubahan warna menjadi merah dan terdapat
endapan merah bata pada larutan tersebut. Hal ini sesuai dengan teori
karena glukosa teroksidasi dengan pereaksi benedict sehingga senyawa ini
termaksud dalam gugus aldehid. Sedangkan pada pencampuran dengan
aseton, larutan tidak terjadi reaksi karena aseton tidak bisa
teroksidasi dengan pereaksi benedict.
BAB IV
SIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa.
• Formaldehid dan aseton memiliki warna bening dan bau tajam.
• Kelarutan formaldehid dan kelarutan aseton dalam air , mengalami kelarutan larut sempurna.
•
Setelah formaldehid di tambahkan dengan KMnO4 warnanya menjadi coklat
muda. Sedangkan aseton setelah ditambahkan dengan KMnO4 warnanya menjadi
ungu.
• Formaldehid jika direaksikan dengan pereaksi tolens dan
dipanaskan akan terbentuk endapan cermin perak. Sedangkan aseton jika
direaksikan dengan pereaksi tolens dan dipanaskan tidak terbentuk
endapan.
• Formaldehid jika direaksikan dengan fehling dan
dipanaskan akan terbentuk endapan merah bata. Sedangkan aseton jika
direaksikan dengan fehling dan dipanaskan tidak terbentuk endapan.
B. Saran
Sebaiknya
praktikan lebih berhati-hati dalam menggunakan alat laboratorium demi
kepentingan bersama, dan lebih serius dalam melaksanakan praktikum.